Update Lyfe: Cerita Andinala Minggu Ini – Belajar Menyebut Nama Hewan dan Jalan ke Bulukumba

Update Lyfe: Cerita Andinala Minggu Ini – Belajar Menyebut Nama Hewan dan Jalan ke Bulukumba

Perkembangan Andinala Usia 1 Tahun Sekian Bulan

Hari demi hari, Andinala semakin pintar. Di usia 1 tahun lebih, banyak hal baru yang mulai ia kuasai. Perkembangan ini membuat saya dan istri merasa waktu berjalan begitu cepat, seakan ingin menghentikan momen agar bisa menikmatinya lebih lama.

Kesukaan Baru: Kucing alias “Kuking”

Salah satu hal lucu minggu ini adalah kesukaan Andinala pada kucing. Sebelum tidur, ia biasanya harus menonton video kucing dulu baru bisa terlelap. Uniknya, Andinala menyebut kucing dengan sebutan “kuking”. Sangat menggemaskan!

Mulai Menyebut Nama Hewan dan Suaranya

Selain kucing, Andinala juga sudah bisa menyebut beberapa nama hewan seperti bebek, monyet, dan gajah. Bukan hanya menyebut nama, tapi ia juga menirukan suara-suara mereka. Tingkah polosnya ini benar-benar membuat suasana rumah penuh tawa.

Hadiah Boneka Winnie the Pooh dari Australia

Minggu ini, Andinala mendapat hadiah spesial dari pamannya, Uncle Andi Arsyil, yang sedang berada di Australia. Hadiah tersebut berupa boneka Winnie the Pooh blind box. Saat dibuka, isinya adalah Winnie the Pooh berwarna pink sambil memegang wortel. Lucunya, boneka ini langsung jadi favorit barunya.

Rencana ke Jakarta dan Perjalanan ke Bulukumba

Sebenarnya ada rencana untuk mengajak Andinala jalan-jalan ke Jakarta bersama nenek dan sepupunya Cunli. Namun karena kesibukan saya di kantor dan ibunya yang sedang sekolah, akhirnya ia berangkat ke kampung halaman di Bulukumba bersama nenek dan kakeknya.

Sepinya Hari-Hari Tanpa Andinala

Hari-hari terasa sepi tanpa kehadiran Andinala di rumah. Ada rasa hampa, seperti kehilangan sesuatu yang penting. Inilah mungkin yang dirasakan para orang tua ketika harus berjauhan dengan anaknya.

Jalan-Jalan ke Taman Berburu “Kuking”

Sebelum berangkat ke Bulukumba, saya dan Andinala sempat jalan-jalan sebentar ke taman. Aktivitas sederhana ini kami isi dengan berburu “kuking”, sesuatu yang selalu membuatnya bersemangat.

Penutup

Itulah sedikit cerita update minggu ini. Semoga cerita tentang perkembangan anak usia 1 tahun ini bisa jadi kenangan berharga dan juga referensi bagi orang tua lain. Sampai jumpa di Update Lyfe berikutnya!

Ciao 👋

Pengalaman Anak Sakit: Cara Mengatasi Demam dan Sariawan pada Anak

Pengalaman Anak Sakit: Cara Mengatasi Demam dan Sariawan pada Anak

Pengalaman Anak Sakit: Nara Demam dan Sariawan

Halo teman-teman, kali ini saya mau berbagi life update minggu kemarin. Sebenarnya biasanya saya update di hari Jumat, tapi minggu lalu agak sibuk dan Nara sempat sakit, jadi baru sempat nulis di blog ini sekarang. Semoga cerita ini bisa jadi pengalaman untuk orang tua lain yang mungkin mengalami hal serupa.

Awal Gejala: Anak Mulai Menolak Makan

Awalnya Nara tiba-tiba tidak mau makan. Biasanya dia lahap sekali, tapi kali ini sama sekali menutup mulut. Lama-kelamaan dia jadi rewel, terlihat lemas, dan matanya mulai sayu. Saat itu saya sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Akhirnya saya kabari mamanya untuk dibelikan obat, lalu kami putuskan observasi dulu selama 24 jam pertama.

Bagian Tersulit Saat Anak Sakit

Hal paling menyedihkan ketika anak sakit adalah melihat perubahan sikapnya. Dari yang biasanya ceria dan aktif, mendadak jadi lemas dan tidak bersemangat. Rasanya kalau bisa, biarlah orang tuanya yang sakit, jangan anak. 😢

Demam Naik di Malam Hari

Malam harinya, suhu tubuh Nara naik hingga 38,5°C. Saya mulai panik, tapi untung mamanya sudah terbiasa menghadapi pasien. Dengan tenang, dia memberikan parasetamol dosis pertama. Lucunya, Nara malah bilang sendiri “obat, obat”. Ya Allah, anakku pintar sekali.   Namun sekitar jam 3 dini hari, suhu tubuhnya kembali naik meski sudah minum obat. Saya akhirnya peluk dan gendong Nara sambil ganti baju karena banyak keringat. Cara ini ternyata cukup efektif menurunkan demamnya, meskipun badan saya ikut terasa panas. Tidak masalah, yang penting anakku lebih baik.

Pagi Hari: Ditemukan Sariawan di Mulut

Keesokan paginya, Nara masih rewel dan sulit makan. Awalnya saya kira hanya karena tenggorokannya sakit, tapi setelah dicek ternyata ada sariawan di mulutnya. Pantas saja dia menolak makan, pasti perih sekali. Kasihan sekali rasanya.

Dukungan dari Sepupu

Karena sakit, Nara dapat hadiah boneka bebek dari sepupunya, Shelina. Katanya tadinya mau diajak main capit-capit boneka, tapi karena Nara sedang sakit jadi bonekanya langsung dikasih saja. Terharu sekali melihat perhatian dari sepupunya.

Kondisi Mulai Membaik

Sepanjang hari, suhu tubuh Nara perlahan turun meskipun masih flu. Semoga segera pulih sepenuhnya. Dan semoga semua yang membaca tulisan ini juga selalu diberikan kesehatan.

Kesimpulan: Anak Sakit, Orang Tua yang Ikut Merasakan

Melihat anak sakit memang membuat hati orang tua ikut hancur. Lebih baik orang tua yang sakit daripada anak. Karena anak hanya bisa menangis, sementara orang tua hanya bisa berdoa dan berusaha sekuat tenaga. Semoga pengalaman saya ini bisa bermanfaat, terutama untuk para orang tua yang sedang merawat anak sakit.   Kalau teman-teman juga pernah mengalami anak sakit dengan gejala serupa, boleh banget share pengalaman di kolom komentar. Siapa tahu bisa jadi pelajaran dan saling menguatkan antar orang tua  

HI !

Mengapa Saya Membuat Blog Pribadi

Selamat datang di blog pribadi saya. Jujur saja, saya bukan penulis yang konsisten. Lebih sering berbicara dengan isi kepala sendiri daripada menuliskannya. Namun, isi kepala tidak bisa diputar kembali untuk mengulang semua kenangan.

Itulah sebabnya saya memutuskan membuat blog ini—agar perjalanan hidup saya bisa terdokumentasi. Tulisan-tulisan di sini mungkin sederhana, lebih mirip curhat seorang bapak satu anak. Bisa jadi tidak menarik untuk semua orang, tapi bagi saya ini adalah catatan hidup dan pengingat diri.

Rencananya, saya akan update blog ini seminggu sekali, mungkin setiap hari Jumat. Sebelum weekend dimulai, saya ingin berbagi cerita—entah pengalaman, keluh kesah, atau hal-hal kecil yang saya alami.

Kalau ada hikmah baik yang bisa diambil, silakan. Kalau ada kekurangan, tolong diingatkan. Saya tidak pernah kursus menulis blog, jadi mari kita nikmati saja prosesnya.

Kenangan Masa Kecil Saat Musim Hujan

Minggu ini, di Makassar mulai memasuki musim penghujan. Saya pribadi sangat suka hujan, karena udara jadi lebih sejuk—apalagi Makassar biasanya panas sekali.

Hujan juga sering mengingatkan saya pada kenangan masa kecil. Waktu SD, saya pernah ketakutan saat hujan deras disertai petir. Saking takutnya, saya berteriak di kelas dan menutup telinga. Tentu saja, teman-teman menertawakan, dan guru pun memarahi saya.

Meski begitu, hujan juga membawa kenangan indah. Saya suka bermain hujan-hujanan, main gebo dengan bola tenis, bahkan melempar mangga tetangga (entah kenapa mangga tetangga selalu lebih menggoda, hahaha).

Selain itu, ada satu hal yang selalu saya rindukan: bau tanah basah setelah hujan. Aroma itu bisa langsung membawa saya kembali ke masa kecil.

Musim Hujan di Makassar dan Banjir Kota

Kemarin sore 10 September 2025, musim hujan di Makassar terasa betul ketika hujan deras turun sekitar jam 6. Hanya 30 menit saja, tapi intensitasnya luar biasa. Jalan protokol yang sering banjir langsung tergenang. Untungnya saat saya lewat, air belum terlalu tinggi.

Masalah banjir ini sudah bertahun-tahun terjadi di Makassar. Walaupun beberapa kali ganti walikota dan gubernur, kondisinya tetap sama. Penyebab utamanya adalah alih fungsi trotoar dan selokan yang tersumbat.

Sebagai warga, saya hanya bisa berharap ada solusi nyata. Karena seperti kata pepatah: “Mencegah lebih baik daripada mengobati.”

Momen Subuh Bersama Anak dan Istri

Hujan juga turun saat subuh, ketika saya bangun untuk membuatkan susu anak saya, Andi Nala. Biasanya tangis kecilnya di tengah malam menjadi alarm alami bagi saya untuk bangun.

Istri saya pun sudah harus bersiap sejak jam 4 pagi karena masuk kerja jam 5 di rumah sakit. Sungguh perjuangan yang luar biasa.

Ada satu momen indah: ketika Nala tertidur lagi setelah minum susu, ia minta dipeluk. Hal sederhana, tapi bagi saya itu sangat berharga. Momen-momen kecil seperti ini yang ingin saya abadikan lewat tulisan, karena waktu berjalan cepat dan kenangan bisa memudar.

Penutup

Tulisan ini mungkin hanya cerita ringan tentang musim hujan di Makassar, banjir yang selalu jadi masalah kota, dan momen kecil bersama keluarga. Namun, lewat blog ini saya berharap setiap kenangan bisa tetap hidup, bukan hanya tersimpan di kepala, tapi juga bisa dibaca kembali di kemudian hari.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, semoga setiap hujan membawa kenangan indah bagi kita semua.