30 Pelajaran Hidup Selama 30 Tahun

30 Pelajaran Hidup Selama 30 Tahun

Postingan kali ini spesial karena di tanggal 25 oktober kemarin saya ulang tahun, hmmm.. dan ini spesial karena mencapai milestone kehidupan terbaru yaitu kepala 3. ingat kepala 3…..
yah, kayaknya ini memulai 10 tahun kehidupan terbaru dengan kepala terbaru, jadi berikut saya rangkum hal hal pelajaran yang dapat diambil selama saya hidup di dunia. dan masih banyak lagi yang perlu saya pelajarin, tetapi ini seiring waktu pasti pelajaran itu akan tiba, pilihan ada pada diri sendiri. mau mengambil pelajaran tersebut atau menyesalinya dikemudian hari.
Tiga puluh tahun bukan waktu yang sebentar, tapi juga bukan akhir dari perjalanan. Di usia ini, banyak hal yang akhirnya mulai terasa jelas—tentang makna hidup, arti kebahagiaan, dan pentingnya menjadi diri sendiri. Ada banyak jatuh, bangkit, gagal, lalu belajar lagi. Setiap pengalaman, baik yang manis maupun pahit, menjadi guru yang membentuk siapa kita hari ini. Lewat perjalanan tiga dekade ini, aku menyadari bahwa hidup bukan tentang seberapa cepat kita mencapai tujuan, melainkan seberapa dalam kita memahami prosesnya. Berikut 30 pelajaran hidup yang aku pelajari selama 30 tahun berjalan di dunia ini—pelajaran sederhana, tapi penuh makna

1. Gunakan uang untuk membeli waktu

Waktu adalah aset paling mahal yang tidak bisa dibeli kembali.
Gunakan uang untuk menghemat waktu — misalnya dengan mendelegasikan pekerjaan kecil atau membayar layanan yang membuat hidup lebih efisien.
Dengan begitu, kamu bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar penting: keluarga, kesehatan, dan impianmu.

2. Jadi diri sendiri

Kamu tidak perlu menjadi versi yang orang lain inginkan.
Ketika kamu berani jadi diri sendiri, kamu menarik orang dan peluang yang memang sesuai dengan dirimu.
Autentisitas selalu lebih berharga daripada kepalsuan yang tampak sempurna.

3. Hindari bergosip

Gosip menguras energi, waktu, dan pikiran.
Alihkan energi itu untuk hal yang membangun, seperti belajar hal baru, menulis ide, atau membantu orang lain.
Kamu akan merasa jauh lebih tenang dan produktif.

4. Ciptakan core memory yang indah

Hidup bukan hanya soal target dan pekerjaan.
Luangkan waktu untuk menciptakan kenangan bermakna — momen kecil yang kelak kamu syukuri ketika menua.
Core memory adalah bahan bakar kebahagiaan jangka panjang.

5. Catat ide agar tidak hilang

Inspirasi sering datang di waktu tak terduga.
Bawa buku catatan kecil atau gunakan aplikasi catatan di ponsel.
Ide yang ditulis hari ini bisa jadi fondasi kesuksesanmu di masa depan.

6. Jangan ambil keputusan saat emosi

Emosi sering membuat kita bertindak impulsif.
Berhentilah sejenak, tarik napas, dan tunda keputusan penting sampai pikiran tenang.
Keputusan yang diambil dengan kepala dingin biasanya jauh lebih bijak.

7. Tersenyum ketika bertemu orang

Senyum sederhana bisa mengubah suasana.
Ia menular, mencairkan ketegangan, dan membuka pintu kebaikan.
Jangan pernah remehkan kekuatan senyum tulus.

8. Jangan lupa bilang terima kasih dan tolong

Kata sederhana ini menunjukkan rasa hormat dan empati.
Dua kata ini bisa memperkuat hubungan pribadi maupun profesional.
Kebaikan kecil ini menciptakan budaya saling menghargai.

9. Jangan sungkan bilang “tidak”

Menolak bukan berarti egois.
“Tidak” adalah bentuk perlindungan diri dari hal-hal yang tidak sejalan dengan prioritasmu.
Belajar berkata tidak adalah bentuk kedewasaan.

10. Belajar menerima kritik

Kritik sering terasa menyakitkan, tapi di baliknya ada kesempatan untuk tumbuh.
Jangan menolaknya mentah-mentah; dengarkan, pahami, lalu gunakan bagian yang berguna.
Orang besar belajar dari setiap masukan.

11. Lakukan push-up minimal 10x per hari

Kebugaran fisik bukan soal penampilan, tapi investasi energi dan disiplin.
Olahraga kecil secara rutin membangun kebiasaan besar — tubuh sehat, pikiran jernih.

12. Selalu tepat waktu

Ketepatan waktu menunjukkan integritas.
Orang yang menghargai waktu, dihormati oleh orang lain.
Jadilah orang yang bisa diandalkan.

13. Takut datang dari ketidaktahuan

Seringkali, kita takut bukan karena bahaya nyata, tapi karena kita belum tahu.
Belajar dan cari tahu — karena pengetahuan menenangkan rasa takut.

14. Belajar sabar

Sabar bukan berarti pasif.
Sabar adalah kemampuan untuk tetap tenang dan bertahan di tengah proses panjang.
Segala hal berharga butuh waktu.

15. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain

Perbandingan hanya mencuri kebahagiaan.
Setiap orang berjalan dengan waktu dan jalan yang berbeda.
Fokuslah pada progresmu sendiri.

16. Syukuri apa yang kamu punya

Bersyukur membuat hidup terasa cukup, bahkan ketika segalanya belum sempurna.
Rasa cukup adalah sumber ketenangan.

17. Ambil tindakan setelah berpikir matang

Refleksi penting, tapi jangan sampai terlalu lama berpikir hingga tidak bertindak.
Tindakan yang terencana akan membawamu lebih jauh daripada ide yang hanya disimpan.

18. Baca buku setiap hari

Membaca adalah investasi terbaik untuk pikiran.
Satu halaman per hari lebih baik daripada tidak sama sekali.
Buku membuka cakrawala dan memperkaya cara berpikir.

19. Terus belajar sepanjang hidup

Dunia berubah cepat.
Belajar bukan hanya untuk masa muda, tapi sepanjang hidup.
Yang berhenti belajar, berhenti berkembang.

20. Nikmati proses belajar hal baru

Rasa penasaran adalah bahan bakar pertumbuhan.
Belajar hal baru menstimulasi otak dan menumbuhkan rasa percaya diri.

21. Investasi terbaik adalah pendidikan untuk diri sendiri

Uang bisa hilang, tapi ilmu tidak akan pernah.
Bangun dirimu dengan pendidikan — formal maupun non-formal.

22. Keterampilan berbicara dengan orang sangat penting

Soft skill sering kali lebih menentukan daripada kemampuan teknis.
Belajar mendengarkan, menyampaikan ide, dan menghargai perbedaan.

23. Jangan pedulikan orang yang membicarakanmu

Kamu tidak bisa mengontrol opini orang.
Fokuslah pada hal yang bisa kamu kendalikan — tindakan dan sikapmu sendiri.

24. Olahraga dan hidup sehat untuk masa depan

Tubuhmu akan berterima kasih di masa tua.
Gaya hidup sehat bukan soal bentuk tubuh, tapi soal kualitas hidup.

25. Waspadai hal yang instan

Segala yang instan sering tidak bertahan lama.
Hargai proses. Justru di situlah pembelajaran terjadi.

26. Validasi eksternal mencuri kebahagiaan

Selama kamu butuh pengakuan orang lain, kamu tak akan pernah benar-benar tenang.
Kebahagiaan datang dari penerimaan diri.

27. Pilih lingkungan dan teman dengan bijak

Lingkungan yang positif membentuk energi positif.
Kamu adalah rata-rata dari lima orang terdekatmu — pastikan mereka menginspirasi.

28. Setelah kita tiada, dunia akan tetap berjalan

Kesadaran ini mengajarkan kita untuk hidup dengan makna.
Tinggalkan jejak baik: karya, kebaikan, dan cinta.

29. Jangan bekerja hanya saat mood bagus

Motivasi datang dan pergi, tapi kedisiplinan bertahan.
Kamu tidak perlu semangat setiap hari, kamu hanya perlu konsisten.

30. Jaga dan rawat relasi

Hubungan baik adalah kekayaan emosional.
Luangkan waktu untuk orang-orang yang kamu sayangi.
Relasi yang sehat memperpanjang umur dan menambah kebahagiaan.


Penutup: Hidup Bermakna Itu Tentang Kesadaran

Hidup yang indah tidak datang tiba-tiba. Ia dibangun dari kesadaran untuk tumbuh setiap hari, kebiasaan baik yang dilakukan dengan niat, dan keberanian untuk terus belajar.

Mulailah dari satu hal kecil hari ini.
Bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk menjadi lebih baik dari dirimu kemarin.

Perkembangan Anak: Belajar Mengenal Warna dan Hewan 🧸💕

Perkembangan Anak: Belajar Mengenal Warna dan Hewan 🧸💕

Senin, 20 Oktober 2025

Halo teman-teman!
Di minggu ketiga bulan Oktober ini, saya ingin berbagi cerita kecil tentang perkembangan anak saya, Andinala. Setiap hari selalu ada hal baru yang membuat saya kagum — tumbuh kembangnya terasa begitu cepat dan penuh kejutan.

Belajar Mengenal Warna: “Pinkkk!” 💖

Akhir pekan kemarin, Andinala belajar mengenali warna. Saat saya menunjukkan benda berwarna merah muda, dengan lantang ia berkata:
“PINKKK!!”

Saya langsung tertawa dan ikut bertepuk tangan, sambil berkata “horeee!” — momen sederhana tapi sangat berharga.
Dari situ saya belajar bahwa merayakan hal-hal kecil dalam perkembangan anak adalah bentuk apresiasi yang besar untuk mereka.

Mengenal Nama-Nama Hewan 🐱🐴🐊

Selain warna, Andinala juga mulai mengenal berbagai nama hewan. Hewan favoritnya tentu saja kucing — sering sekali ia menirukan suara kucing sambil berkata:
“Meongg… meonggg… meonngg…”

Selain kucing, dia juga sudah bisa mengenali sapi, kuda, buaya, dan ular. Melihatnya begitu antusias membuat hati ini terasa hangat dan bahagia.

Refleksi Menjadi Orang Tua 👨‍👧

Jujur, menjaga anak yang semakin aktif memang melelahkan. Tenaganya seperti tak ada habisnya! Tapi di balik semua rasa lelah, ada kebahagiaan yang luar biasa.

Saya sering berpikir bahwa masa kecil anak sangat singkat, dan suatu saat ia akan tumbuh menjadi remaja yang lebih mandiri.
Dulu, saat kecil saya selalu ingin ikut ke mana pun orang tua pergi, tapi sering dilarang. Sekarang ketika mereka ingin saya ikut, justru saya yang menolak. Hidup memang berputar — kini saya berada di posisi mereka.

Harapan untuk Andinala ✨

Dalam hidup yang singkat ini, saya ingin menjadi ayah yang hadir untuk anak saya.
Kelak ketika Andinala mulai sekolah, saya ingin mengantar dan menjemputnya setiap hari, lalu menghabiskan waktu bersama — mungkin sambil ngopi cantik (ayahnya ngopi, kamu minum susu cokelat ya, Nak 😄).

Semoga Andinala tumbuh sehat, ceria, dan penuh cinta. Doakan juga ayahmu agar selalu diberi rezeki yang cukup untuk menemanimu tumbuh dewasa dan mewujudkan semua impianmu.
Melihat senyum dan tawamu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidup ayah.
Kamu adalah anugerah terindah yang pernah ayah miliki.

Mengejar Sunset Masa Depan

Mengejar Sunset Masa Depan

Hujan turun di sore hari ini ketika aku menulis artikel ini. Beberapa hari terakhir udara terasa begitu panas, seperti matahari ada tiga di langit.

Seperti biasa, hari-hariku kuhabiskan bersama Andinala, anakku tercinta. Kali ini aku mencoba membawanya naik mobil dengan menggunakan seatbelt anak agar kami bisa bepergian berdua dengan aman. Tapi percobaan pertama hanya bertahan lima menit saja — setelah itu, dia mulai rewel. Hahaha.

Kami sekeluarga akhirnya pergi ke mall untuk melepas penat. Andinala sangat senang bertemu orang-orang, menyapa mereka sambil berkata “halo” dengan wajah polosnya yang lucu. Momen kecil seperti ini membuatku sadar betapa berharganya waktu bersama anak.

Harapan untuk Andinala dan Keinginan yang Tertunda

Aku punya impian sederhana — suatu hari nanti, aku ingin mengajak Andinala camping di alam terbuka. Menikmati udara segar, melihat bintang di malam hari, dan mendengarkan suara serangga di antara pepohonan.

Waktu kecil, aku tidak pernah merasakan itu. Orang tuaku tidak pernah mengajakku liburan keluarga. Saat aku lahir, bapakku sudah tua dan sibuk bekerja, sementara ibuku lebih banyak di rumah. Karena itu, masa kecilku terasa sepi dan membosankan.

Aku sering iri melihat saudara-saudaraku yang bisa jalan-jalan saat kecil. Aku hanya bisa melihat foto-foto lama mereka di pantai, di gunung, dan di tempat wisata. Aku sering berangan-angan, membayangkan seperti apa rasanya berlibur bersama keluarga.

Pelajaran dari Masa Lalu

Kini aku sadar, mungkin waktu itu orang tuaku hanya berusaha bertahan hidup. Gaji dosen yang kecil dan krisis ekonomi membuat keluarga kami harus berhemat. Tapi jujur saja, aku dulu merasa mereka terlalu fokus bekerja sampai lupa membuat kenangan bahagia bersama anaknya.

Karena itulah, aku berjanji untuk tidak mengulang kesalahan itu. Aku ingin Andinala tumbuh dengan kebahagiaan. Tidak perlu liburan mewah — cukup berjalan di taman, melihat sunset di pantai, atau menikmati alam bersama sudah cukup membuatku bahagia.

Pesan untukmu, Andinala

Nak, kalau suatu hari kamu membaca tulisan ini… ketahuilah, Ayah (atau Ibu) menulis ini untukmu.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku berusaha memberikan yang terbaik agar kamu bisa melihat dunia yang luas, penuh warna, dan penuh keindahan.

Kita akan mulai dari keliling Sulawesi, lalu menjelajah Indonesia, dan semoga suatu hari nanti keliling dunia bersama. Tapi sebelum itu, ayo belajar duduk manis dulu di kursi mobil dengan seatbelt, ya 😄

Untuk sekarang, biarkan hujan sore ini menjadi saksi kecil perjalanan kita — perjalanan yang penuh cinta, harapan, dan cerita.

Halo Oktober, Bye September! Musim Hujan Telah Datang

Halo Oktober, Bye September! Musim Hujan Telah Datang

Menyambut Oktober dan Musim Hujan

Halo Oktober, selamat tinggal September! 🌧️
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, ya. Sekarang sudah memasuki bulan Oktober—pertanda musim penghujan mulai tiba. Udara pagi terasa lebih lembut, aroma tanah basah mulai sering tercium, dan langit kerap menampilkan awan abu-abu yang menenangkan.

Rutinitas Mingguan: Dari Senin ke Sabtu

Seperti biasa, Senin hingga Jumat diisi dengan rutinitas yang datar namun tetap produktif—aktivitas kampus, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Tapi ketika Sabtu tiba, waktunya untuk momen spesial yang aku sebut “Andinala Time” — waktu berharga untuk bersama si kecil, Andinala.

Sabtu: Waktu Bersama Andinala

Pagi-pagi sekali, setelah mandi, Andinala sudah heboh dengan ritual khasnya: “buru kuking” (bermain dengan kucing). Kami berjalan kaki menuju lapangan terbuka untuk mencari udara segar. Anak-anak memang perlu dikenalkan pada alam sejak dini agar sensorik dan motorik mereka berkembang dengan baik.

Setelah puas berkeliling dan berjemur sejenak demi mendapatkan vitamin D alami dari matahari, kami pulang dan menikmati jus semangka segar 🍉—kebiasaan sehat yang aku tanamkan sejak dini. Penting bagi anak untuk terbiasa mengonsumsi buah dan sayur agar pola makannya sehat hingga dewasa nanti.

Sore harinya, kami keluar lagi bermain bersama sepupu-sepupunya: Sapidermang, Gibran, Ahmad, dan Algazali. Tawa mereka membuat sore menjadi hangat, meski ibunya Andinala masih harus bertugas di rumah sakit.

Minggu: Video Call dan Cerita Tentang Keluarga

Hari Minggu berjalan santai. Aktivitas pagi mirip seperti hari sebelumnya, lalu menjelang siang Puang Indar (ibuku) menelpon untuk video call dari Jakarta. Beliau sedang menemani anaknya yang tengah menjalani operasi kista.

Ternyata, ini bukan kali pertama anggota keluarga kami menghadapi hal seperti itu. Kakak perempuanku pernah menjalani operasi kista pada tahun 2019 di Penang, Malaysia. Saat itu beliau baru saja melahirkan anak terakhirnya, Algazali. Perutnya tak kunjung kempis dan terasa nyeri luar biasa. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis kista, bahkan menyarankan pengangkatan rahim.

Namun karena pelayanan di rumah sakit tempat pertama kali dirawat cukup lambat (hasil lab baru keluar setelah seminggu), kami memutuskan mencari alternatif pengobatan di Penang. Di sana, pelayanan medis benar-benar cepat dan profesional. Dokter memutuskan operasi dilakukan keesokan harinya — dan syukurlah, rahim bisa dipertahankan. Sehari setelah operasi, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dianjurkan berjalan untuk mempercepat pemulihan. Luar biasa, bukan?

Sementara itu, saudara perempuanku yang lain, Ammy, baru-baru ini juga menjalani operasi kista di Jakarta. Beruntung, kistanya terdeteksi lebih dini dan masih berukuran kecil, sehingga bisa ditangani dengan laparoskopi. Dua hari pascaoperasi, kondisinya sudah membaik dan bisa beraktivitas ringan.

Pelajaran Kesehatan dari Kisah Kista

Dari pengalaman itu, aku belajar pentingnya menjaga pola makan dan asupan nutrisi. Dokter menyarankan untuk mengonsumsi ikan gabus, karena mengandung albumin tinggi yang membantu proses penyembuhan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, kami juga mulai mengurangi konsumsi makanan olahan dan tinggi gula, menggantinya dengan makanan segar dan alami.

💡 Kesehatan reproduksi wanita itu sangat penting. Deteksi dini, gaya hidup sehat, dan nutrisi seimbang bisa menjadi langkah pencegahan terbaik.

Penutup: Minggu yang Penuh Makna

Begitulah kisah minggu ini — sederhana tapi penuh makna. Ada tawa bersama anak, ada cerita keluarga yang mengharukan, dan ada pelajaran berharga tentang kesehatan.
Sampai jumpa di cerita minggu depan.
Bye, ciao! 👋