HI !

Mengapa Saya Membuat Blog Pribadi

Selamat datang di blog pribadi saya. Jujur saja, saya bukan penulis yang konsisten. Lebih sering berbicara dengan isi kepala sendiri daripada menuliskannya. Namun, isi kepala tidak bisa diputar kembali untuk mengulang semua kenangan.

Itulah sebabnya saya memutuskan membuat blog ini—agar perjalanan hidup saya bisa terdokumentasi. Tulisan-tulisan di sini mungkin sederhana, lebih mirip curhat seorang bapak satu anak. Bisa jadi tidak menarik untuk semua orang, tapi bagi saya ini adalah catatan hidup dan pengingat diri.

Rencananya, saya akan update blog ini seminggu sekali, mungkin setiap hari Jumat. Sebelum weekend dimulai, saya ingin berbagi cerita—entah pengalaman, keluh kesah, atau hal-hal kecil yang saya alami.

Kalau ada hikmah baik yang bisa diambil, silakan. Kalau ada kekurangan, tolong diingatkan. Saya tidak pernah kursus menulis blog, jadi mari kita nikmati saja prosesnya.

Kenangan Masa Kecil Saat Musim Hujan

Minggu ini, di Makassar mulai memasuki musim penghujan. Saya pribadi sangat suka hujan, karena udara jadi lebih sejuk—apalagi Makassar biasanya panas sekali.

Hujan juga sering mengingatkan saya pada kenangan masa kecil. Waktu SD, saya pernah ketakutan saat hujan deras disertai petir. Saking takutnya, saya berteriak di kelas dan menutup telinga. Tentu saja, teman-teman menertawakan, dan guru pun memarahi saya.

Meski begitu, hujan juga membawa kenangan indah. Saya suka bermain hujan-hujanan, main gebo dengan bola tenis, bahkan melempar mangga tetangga (entah kenapa mangga tetangga selalu lebih menggoda, hahaha).

Selain itu, ada satu hal yang selalu saya rindukan: bau tanah basah setelah hujan. Aroma itu bisa langsung membawa saya kembali ke masa kecil.

Musim Hujan di Makassar dan Banjir Kota

Kemarin sore 10 September 2025, musim hujan di Makassar terasa betul ketika hujan deras turun sekitar jam 6. Hanya 30 menit saja, tapi intensitasnya luar biasa. Jalan protokol yang sering banjir langsung tergenang. Untungnya saat saya lewat, air belum terlalu tinggi.

Masalah banjir ini sudah bertahun-tahun terjadi di Makassar. Walaupun beberapa kali ganti walikota dan gubernur, kondisinya tetap sama. Penyebab utamanya adalah alih fungsi trotoar dan selokan yang tersumbat.

Sebagai warga, saya hanya bisa berharap ada solusi nyata. Karena seperti kata pepatah: “Mencegah lebih baik daripada mengobati.”

Momen Subuh Bersama Anak dan Istri

Hujan juga turun saat subuh, ketika saya bangun untuk membuatkan susu anak saya, Andi Nala. Biasanya tangis kecilnya di tengah malam menjadi alarm alami bagi saya untuk bangun.

Istri saya pun sudah harus bersiap sejak jam 4 pagi karena masuk kerja jam 5 di rumah sakit. Sungguh perjuangan yang luar biasa.

Ada satu momen indah: ketika Nala tertidur lagi setelah minum susu, ia minta dipeluk. Hal sederhana, tapi bagi saya itu sangat berharga. Momen-momen kecil seperti ini yang ingin saya abadikan lewat tulisan, karena waktu berjalan cepat dan kenangan bisa memudar.

Penutup

Tulisan ini mungkin hanya cerita ringan tentang musim hujan di Makassar, banjir yang selalu jadi masalah kota, dan momen kecil bersama keluarga. Namun, lewat blog ini saya berharap setiap kenangan bisa tetap hidup, bukan hanya tersimpan di kepala, tapi juga bisa dibaca kembali di kemudian hari.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, semoga setiap hujan membawa kenangan indah bagi kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published.