Halo Oktober, Bye September! Musim Hujan Telah Datang

Halo Oktober, Bye September! Musim Hujan Telah Datang

Menyambut Oktober dan Musim Hujan

Halo Oktober, selamat tinggal September! 🌧️
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, ya. Sekarang sudah memasuki bulan Oktober—pertanda musim penghujan mulai tiba. Udara pagi terasa lebih lembut, aroma tanah basah mulai sering tercium, dan langit kerap menampilkan awan abu-abu yang menenangkan.

Rutinitas Mingguan: Dari Senin ke Sabtu

Seperti biasa, Senin hingga Jumat diisi dengan rutinitas yang datar namun tetap produktif—aktivitas kampus, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Tapi ketika Sabtu tiba, waktunya untuk momen spesial yang aku sebut “Andinala Time” — waktu berharga untuk bersama si kecil, Andinala.

Sabtu: Waktu Bersama Andinala

Pagi-pagi sekali, setelah mandi, Andinala sudah heboh dengan ritual khasnya: “buru kuking” (bermain dengan kucing). Kami berjalan kaki menuju lapangan terbuka untuk mencari udara segar. Anak-anak memang perlu dikenalkan pada alam sejak dini agar sensorik dan motorik mereka berkembang dengan baik.

Setelah puas berkeliling dan berjemur sejenak demi mendapatkan vitamin D alami dari matahari, kami pulang dan menikmati jus semangka segar 🍉—kebiasaan sehat yang aku tanamkan sejak dini. Penting bagi anak untuk terbiasa mengonsumsi buah dan sayur agar pola makannya sehat hingga dewasa nanti.

Sore harinya, kami keluar lagi bermain bersama sepupu-sepupunya: Sapidermang, Gibran, Ahmad, dan Algazali. Tawa mereka membuat sore menjadi hangat, meski ibunya Andinala masih harus bertugas di rumah sakit.

Minggu: Video Call dan Cerita Tentang Keluarga

Hari Minggu berjalan santai. Aktivitas pagi mirip seperti hari sebelumnya, lalu menjelang siang Puang Indar (ibuku) menelpon untuk video call dari Jakarta. Beliau sedang menemani anaknya yang tengah menjalani operasi kista.

Ternyata, ini bukan kali pertama anggota keluarga kami menghadapi hal seperti itu. Kakak perempuanku pernah menjalani operasi kista pada tahun 2019 di Penang, Malaysia. Saat itu beliau baru saja melahirkan anak terakhirnya, Algazali. Perutnya tak kunjung kempis dan terasa nyeri luar biasa. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis kista, bahkan menyarankan pengangkatan rahim.

Namun karena pelayanan di rumah sakit tempat pertama kali dirawat cukup lambat (hasil lab baru keluar setelah seminggu), kami memutuskan mencari alternatif pengobatan di Penang. Di sana, pelayanan medis benar-benar cepat dan profesional. Dokter memutuskan operasi dilakukan keesokan harinya — dan syukurlah, rahim bisa dipertahankan. Sehari setelah operasi, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dianjurkan berjalan untuk mempercepat pemulihan. Luar biasa, bukan?

Sementara itu, saudara perempuanku yang lain, Ammy, baru-baru ini juga menjalani operasi kista di Jakarta. Beruntung, kistanya terdeteksi lebih dini dan masih berukuran kecil, sehingga bisa ditangani dengan laparoskopi. Dua hari pascaoperasi, kondisinya sudah membaik dan bisa beraktivitas ringan.

Pelajaran Kesehatan dari Kisah Kista

Dari pengalaman itu, aku belajar pentingnya menjaga pola makan dan asupan nutrisi. Dokter menyarankan untuk mengonsumsi ikan gabus, karena mengandung albumin tinggi yang membantu proses penyembuhan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, kami juga mulai mengurangi konsumsi makanan olahan dan tinggi gula, menggantinya dengan makanan segar dan alami.

đź’ˇ Kesehatan reproduksi wanita itu sangat penting. Deteksi dini, gaya hidup sehat, dan nutrisi seimbang bisa menjadi langkah pencegahan terbaik.

Penutup: Minggu yang Penuh Makna

Begitulah kisah minggu ini — sederhana tapi penuh makna. Ada tawa bersama anak, ada cerita keluarga yang mengharukan, dan ada pelajaran berharga tentang kesehatan.
Sampai jumpa di cerita minggu depan.
Bye, ciao! đź‘‹